PT. Gema Kreasi Perdana menggelar Lomba Senam Maumere berhadiah. Selain untuk menyehatkan badan, senam massal ini juga bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi dan ajang untuk saling menjalin kerja sama, kerukunan dan kekerabatan antar sesama khususnya di wilayah Kecamatan Wawonii Tenggara dan Kabupaten Konawe Kepulauan pada umumnya.

Kegiatan Senam Massal diikuti oleh ibu ibu dari Desa Sukarela Jaya, Desa Dompo Dompo, Desa Roko – Roko, Desa Mosolo, Desa Lawei, Desa Wawouso dan Desa Pu’uwatu.

Selain senam massal, diadakan pula Lomba Senam Maumere Competition 2019. Lomba ini diikuti oleh 7 Tim, dimana pesertanya adalah ibu – ibu dan pemuda pemudi yang berada di Roko – Roko Raya dan sekitarnya.

Untuk memeriahkan acara senam massal para peserta mendapat kupon undian yang nantinya akan di undi untuk mendapatkan Doorprize. hadiah hiburan yang disiapkan oleh panitia tim CSR PT. Gema Kreasi Perdana.

Sementara itu Humas PT GKP, Marlion menyatakan kegiatan yang digagas oleh Corporate Social Responsibility PT. Gema Kreasi Perdana ini bertujuan positif selain dapat mempererat tali silaturahmi dengan saudara dari desa lainnya kegiatan lomba senam ini juga untuk menyehatkan badan.

Hal senada dikatakan ibu zamnah salah seorang peserta dia mengatakan melalui kegiatan senam berhadiah ini, para ibu-ibu diharapkan bisa menjadi sehat sehingga keluarga pun menjadi bahagia sebab para ibu memiliki peran penting di dalam keluarga.

Sumber: kabarsulawesi

Terungkap, Ini Alasan dan Peran 500 TKA China yang Bakal Didatangkan ke Sultra

Rencana kedatangan 500 TKA China pada 5 Mei 2020 di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, mendapat sorotan luas.

Sempat memancing kritikan dari tokoh nasional dan kalangan legislatif, pemerintah menunda kedatangan mereka hingga waktu yang tidak ditentukan.

Sepekan setelah TKA tertunda masuk dan bekerja di wilayah Sultra, pihak perusahaan mulai angkat bicara.

External Affairs Manager PT VDNI dan PT OSS Indrayanto mengatakan, 500 TKA China yang akan masuk, merupakan karyawan kontraktor yang memiliki skill keahlian khusus.

“Mereka merupakan orang-orang terlatih yang sudah bekerja dan berkecimpung dalam dunia konstruksi skala besar di sejumlah pabrik di China,” ujar Indrayanto.

Dia mengatakan, 500 TKA China ini akan memasang alat produksi pabrik di PT OSS dan PT VDNI. Keduanya merupakan perusahaan dengan status produksi nikel terbesar di Asia pada 2019.

“Setelah memasang alat produksi pada 33 tungku pembakaran ore nikel, mereka akan kembali ke China pada 3 sampai 4 bulan kedepan,” jelasnya.

Indrayanto menjelaskan, untuk mengoperasikan 33 tungku baru yang akan dibangun oleh TKA, pihak perusahaan sudah menyekolahkan 150 putra daerah ke China. Mereka yang akan menjadi tenaga teknis pengoperasian selama perusahaan ini berproduksi dan mengoperasikan 32 tungku pembakaran nikel.

“Perusahaan juga sudah merekrut 3000 karyawan lokal untuk bekerja di perusahaan baru jika tungku ini sudah dibangun,” jelasnya.

Dia menyatakan, saat ini PT VDNI dan PT OSS memiliki karyawan sekitar 11 ribu orang. Dia juga menjelaskan, ada 1800 lebih karyawan yang dirumahkan dan tetap mendapat gaji.

“Kami menghindari PHK dengan semua kondisi ini, namun untuk tetap menggaji karyawan tentunya kehadiran TKA China menyelesaikan produksi 33 tungku ini memang dibutuhkan,” pungkasnya.

Sebelumnya, rencana kedatangan 500 TKA China sempat ditolak Gubernur Sultra Ali Mazi dan Ketua DPRD Sultra, Abdurrahman Saleh. Bahkan, Abdurrahman Saleh nekat akan memimpin demonstrasi jika TKA ini masuk.

Sumber: Liputan 6

Di tengah isu tolak 500 TKA China yang akan bekerja di Sulawesi Tenggara, seorang warga negara China berulah di Kabupaten Konawe Utara. Pria yang disebut bernama Mister Wang, memalsukan KTP sebagai identitasnya menjadi warga negara Indonesia.

Menurut informasi yang dihimpun, dia merupakan pemodal dan pimpinan pada dua perusahaan tambang di Konawe Utara. Selama bertahun-tahun berada di Sultra, dia sudah menikahi seorang wanita lokal dan beraktivitas di sana menggunakan identitas palsu.

Aksi Mister Wang, dilaporkan Irwan, salah seorang warga di Konawe Utara. Dia menyatakan, pria yang berasal dari Provinsi Shanxi China itu mencetak KTP palsu dan tidak melalui prosedur resmi.

“Bersama itu KTP, dia memiliki kartu keluarga dan buku nikah yang kami duga palsu juga,” ujar Irwan, Kamis (30/4/2020).

Dalam laporan Irwan di Polda Sulawesi Tenggara, TKA China itu menggunakan nama Wawan Saputra Razak di KTP palsu miliknya. Tertulis, Wawan Saputra Razak lahir di Shanxi China pada 1964.

KTP elektronik palsu itu, menggunakan blanko yang diduga asli dan berisi data asli soal Mister Wang. Masa berlakunya, mulai Februari 2020 hingga seumur hidup.

“Dalam KTP TKA China itu, dia tinggal di Kota Kendari, ternyata setelah kami cek tiada orang dimaksud,” ujar Irwan.

Irwan menceritakan, Mister Wang sudah bertahun-tahun menjadi pemodal pada dua perusahaan tambang. Perusahaan ini, melakukan eksplorasi nikel di wilayah Konawe Utara dan Mister Wang menjadi pemodal utama.

Kabid Humas Polda Sulawesi Tenggara, AKBP Ferry Walintukan menyatakan, penyidik akan melakukan langkah tepat terkait kebenaran laporan dan informasi soal dugaan KTP palsu.

“Penyidik akan memeriksa, jika memang benar maka hukuman pidana itu,” ujar Ferry Walintukan.

Diketahui, TKA China yang memalsukan KTP di Konawe Utara menjadi pemodal di Perusahaan Bumi Konawe Abadi. Selain itu, dia juga menjadi pemilik di PT Cahaya Mandiri Perkasa Konawe Utara yang fokus menangani soal kadar nikel di wilayah itu.

Sumber: Republika

PT Gema Kreasi Perdana (GKP) memutuskan untuk menghentikan sementara aktivitas perusahaannya di Pulau Wawonii Kabupaten Konawe Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Akibat kebijakan perusahaan itu, sebanyak 300 karyawan terpaksa harus dirumahkan dan sebagian alat beratnya ditarik ke lokasi lain di Pulau Obi Provinsi Maluku Utara.

Manager Operasional PT GKP, Bambang Murtiyoso menyatakan pihaknya menghentikan sementara aktivitas tambang karena mesti melakukan konsolidasi dan evaluasi kembali terhadap investasi mereka.

“Kita terhambat karena pembangunan jalan hauling oleh tiga pemilik lahan yang belum dibebaskan. Sementara, alat berat kita tarik,” kata Bambang, Rabu (12/2).

Bambang menyebut total karyawan yang bekerja dengan status kontrak di anak perusahaan Harita Group itu sebanyak 500 orang. Sebanyak 300 orang sudah di-PHK.

“Sisanya menyusul. Kita efisiensi dulu dan kita sesuaikan dengan masa kontrak mereka (pekerja),” jelasnya.

Ia mengatakan akibat penghentian aktivitas ini, perusahaannya merugi sebab selama 1,5 tahun menggaji karyawan tanpa produksi.

“Ini konsekuensi investasi dan kami berharap Pemda Konkep (Konawe Kepulauan) membantu memperhatikan situasi ini,” katanya.

Meski demikian, lanjut dia, penghentian ini sifatnya sementara saja. Perusahaan akan kembali beraktivitas jika komunikasi dengan pemerintah daerah sudah terbangun termasuk dengan tiga pemilik lahan yang enggan membebaskan tanahnya untuk jalan hauling perusahaan tambang nikel tersebut.

“Jadi, tidak semua alat berat ditarik. Hanya beberapa saja. Kita tidak berhenti, hanya setop sementara saja sambil lakukan pendekatan dengan pemda dan pemilik lahan,” imbuhnya.

Sejauh ini, kata dia, sudah 400 hektare lahan milik warga yang dibebaskan. Namun, aktivitas perusahaan terhalang tiga orang warga yang enggan melepas lahannya.

“Agak keras sekali tiga orang ini. Tanahnya tidak mau dijadikan lahan tambang. Kita akan kaji kembali dan mencari jalur alternatif yang lebih aman agar perusahaan tidak berurusan dengan konflik dan perseteruan,” tuturnya.