Sulawesi tenggara memiliki potensi yang sangat besar di dunia tambang

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki cadangan nikel dalam bentuk bijih laterit terbesar ketiga didunia setelah Kaledonia Baru dan Filipina (Rochani dan Saleh, 2013). Terbitnya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 8 Tahun 2015 tentang peningkatan nilai tambah mineral, mendukung deretan pentingnya penelitian untuk pengolahan bijih laterit.

Secara global, jumlah cadangan nikel dunia sekitar 72% berada dalam batuan oksida yang biasa disebut laterit dan sisanya batuan sulfida. Namun demikian, hanya sekitar 42% dari total produksi nikel dunia bersumber dari bijih laterit (Dalvi dkk., 2004).

Nikel merupakan salah satu logam bernilai strategis tinggi karena manfaatnya untuk berbagai kebutuhan antara lain untuk produksi stainless steel, nonferrous alloys/superalloys, electroplating, koin, baterai dan katalis (Kuck, 2012) . Di alam, nikel ditemukan dalam bentuk sulfida dan oksida. 

Di Sulawesi Tenggara saat ini semakin mengalami kemajuan yang cukup pesat. Salah satunya karena telah menjadi daerah otonom sejak ditetapkan tahun 1964 silam. Pesatnya kemajuan provinsi tersebut didukung oleh kekayaan alam dengan yang jumlah yang melimpah.

Potensi sumber daya alam yang dimiliki Sulawesi Tenggara amatlah kaya dengan beragam jenis komoditas seperti nikel, aspal, hingga emas. Bahkan jumlah cadangan nikel di Sulawesi Tenggara disebut-sebut sebagai yang terbesar di Indonesia, dan termasuk dalam cadangan nikel terbesar di dunia.

Kekayaan alam itulah yang membuat investor berbondong-bondong untuk menanamkan modal mereka pada industri pertambangan di wilayah itu. Mereka pun tak akan berpikir dua kali untuk merogoh aset untuk kemudian dijadikan bagian dari usaha tambang. Hal inilah yang kemudian mencatatkan jumlah yang cukup banyak untuk Izin Usaha Pertambangan (IUP) di wilayah yang ramai aktivitas tambangnya. Wilayah-wilayah itu seperti Konawe, Kolaka, Buton dan juga Bombana.

Lebih jauh, komoditas nikel yang paling mendominasi di kawasan Sulawesi Tenggara. Di tempat itu pun berdiri megah kawasan mega industri. Di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe misalnya, terdapat sebuah proyek smelter yang kemudian menjadi yang terbesar di wilayah Indonesia Timur, khususnya untuk pengolahan stainless. 

Selain itu, ada juga di Kabupaten Konawe Utara terdapat aktivitas perusahaan tambang nikel yang cukup ramai. Kawasan tersebut biasa disebut di pulau Wawonii yang dipenuhi oleh kegiatan penambangan nikel oleh sejumlah perusahaan. Diketahui, perusahaan yang melakukan kegiatan pertambangan nikel di wilayah tersebut adalah PT Gema Kreasi Perdana. Perusahaan telah mampu menyumbang banyak lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.

Sumber: Dunia Tambang

Sungai dapat diartikan sebagai aliran air yang memanjang dan mengalir terus-menerus dari hulu menuju hilir. Keberadaan sungai tentunya sangat bermanfaat bagi lingkungan di sekitarnya. Kita juga mengenal sungai-sungai dengan panjang ratusan bahkan ribuan kilometer, sebut saja Sungai Nil yang mempunyai panjang sekitar 6.650 kilometer.

Namun, terdapat sungai yang hanya mempunyai panjang tidak lebih dari 100 meter lho! Berikut daftarnya!

1. Sungai Tamborasi, Indonesia

Sungai Tamborasi tepatnya berada di Pantai Tamborasi, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dengan panjang yang hanya 20 meter membuat sungai ini menjadi yang terpendek di dunia.

Wisatawan yang berkunjung ke sini selain mendapat pemandangan pantai yang indah juga berkesempatan melihat sungai terpendek di dunia. Suatu hal yang bisa dibanggakan juga tentunya.

2. Sungai Reprua, Georgia

Sungai yang terletak di Distrik Gagra, Abkhazia, Georgia ini hanya mempunyai panjang 27 meter. Hulu dari Sungai Reprua bermula dari Karst di Gua Krubera dan mengalir sampai bermuara di Laut Hitam. Jika dilihat, sungai ini merupakan sungai berbatu yang memiliki arus cukup deras.

3. Sungai Ombla, Kroasia

Sungai Ombla merupakan sungai terpendek di Kroasia dan yang terpendek ke-4 di dunia. Memiliki panjang sekitar 30 meter, sungai ini juga merupakan mata air bagi warga di Kota Dubrovnik. Sumber dari sungai ini sendiri bermula dari aliran air di bawah tanah hingga bermuara ke Laut Adriatik.

4. Sungai Jezernica, Slovenia

Sungai yang terletak di Slovenia ini mempunyai panjang hanya 55 meter yang menjadikannya sungai terpendek di negara tersebut. Sungai Jezernica sejatinya adalah anak sungai dari Sungai Idrijca yang mengalir sejauh 60 kilometer, hingga bermuara di Laut Adriatik. Aliran air Sungai Jezernica tercatat cukup deras, bisa mencapai 60 meter kubik per detik.

5. Sungai Roe, Amerika Serikat

Sungai yang mengalir di Montana, Amerika Serikat ini mempunyai panjang 61 meter. Tidak seperti kebanyakan sungai yang bermuara ke laut, Sungai Roe sendiri bermula di mata air raksasa dan bermuara ke Sungai Missouri. Sungai ini juga pernah tercatat di Guiness book of World Records sebagai sungai terpendek di dunia sebelum Guiness menghapus kategori tersebut.

6. Sungai Rio Los Patos, Dominika

Sungai ini terletak di dekat Kota Paraiso, Provinsi Barahona, Republik Dominika. Warga di desa sekitar sungai sendiri hidup dari perikanan serta pariwisata lokal.

Dengan panjang yang hanya 61 meter, sungai ini bermuara di Pantai Baharona yang terletak di Laut Caribbean. Sungai Rio Los Patos juga cukup populer dijadikan tempat mandi di akhir pekan karena suhunya yang dingin.

Itulah sungai-sungai terpendek dari seluruh penjuru dunia, semoga informasi menarik tadi bisa menambah pengetahuan serta wawasan kamu.

Sumber: IDNTimes

Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir nikel terbesar dunia yang menguasai sekitar 27 persen pasar global. Kendati demikian, Indonesia selama puluhan tahun hanya mengekspor nikel mentah. Negara produsen nikel lainnya yakni Amerika Serikat, Australia, Bolivia, Brazil, China, dan beberapa negara Afrika.

Kendaraan listrik merupakan konsep kendaraan dengan menggunakan sumber energi listrik. Kendaraan listrik memiliki keunggulan daripada kendaraan berbahan bakar minyak dikarenakan Kendaraan listrik mengeluarkan emisi yang jauh lebih sedikit dibanding kendaraan berbahan bakar fosil.

Kedepannya, pengembangan Kendaraan listrik diharapkan dapat menggantikan kendaraan berbahan bakar fosil dan membuat isu lingkungan berkurang dengan konsep energi yang berkelanjutan.

Pengembangan Kendaraan listrik sebagai pengganti mobil berbahan bakar fosil diprakarsai secara tidak langsung dengan adanya Paris Agreement pada tahun 2015. Paris Agreement 2015 merupakan perjanjian antar negara di seluruh dunia yang dimana salah satu bunyinya sepakat untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan investasi terhadap teknologi karbon rendah. 

Negara – negara seperti United Kingdom, Rusia, Jepang, China, Indonesia, dll menandatangani perjanjian ini. Dengan penandatanganan ini, pengembangan kendaraan listrik merupakan salah satu poin utama untuk menerapkan hasil dari perjanjian ini.

Penggunaan komponen baterai dalam kendaraan listrik akan meningkatkan kebutuhan akan nikel sebagai salah satu komponen baterai. Secara tidak langsung, pengembangan kendaraan listrik akan memainkan peran besar untuk peningkatan aktivitas produksi nikel. Berdasarkan data Wood Mackenzie, dengan meningkatnya kebutuhan nikel, China telah membangun empat fasilitas nikel baru yang akan diimplementasikan pada produksi kendaraan listrik ke depan.

Pada tahun 2017, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), dimana salah satu isinya adalah pengembangan mobil listrik di Indonesia. Menurut antaranews.com (Indonesia Konsisten Ratifikasi Perjanjian Paris), Indonesia memiliki target untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2029-2030. Dengan adanya peraturan tersebut dan pengembangan kendaraan listrik, kedepannya konsumsi nikel di negara Indonesia menjadi suatu hal yang amat penting.

Surga Nikel di Indonesia

Sebagai produsen nikel nomor satu di dunia, Indonesia siap memasok industri baterai lithium-ion yang berkembang pesat dan semakin penting. Banyak daerah di Indonesia yang menjadi surga nikel, salah satunya adalah Sulawesi Tenggara.

Sulawesi Tenggara semakin mengalami kemajuan yang cukup pesat. Salah satunya karena telah menjadi daerah otonom sejak ditetapkan tahun 1964 silam. Pesatnya kemajuan provinsi tersebut didukung oleh kekayaan alam dengan yang jumlah yang melimpah.

Potensi sumber daya alam yang dimiliki Sulawesi Tenggara amatlah kaya dengan beragam jenis komoditas seperti nikel, aspal, hingga emas. Bahkan jumlah cadangan nikel di Sulawesi Tenggara disebut-sebut sebagai yang terbesar di Indonesia, dan termasuk dalam cadangan nikel terbesar di dunia.

Kekayaan alam itulah yang membuat investor berbondong-bondong untuk menanamkan modal mereka pada industri pertambangan di wilayah itu. Mereka pun tak akan berpikir dua kali untuk merogoh aset untuk kemudian dijadikan bagian dari usaha tambang. Hal inilah yang kemudian mencatatkan jumlah yang cukup banyak untuk Izin Usaha Pertambangan (IUP) di wilayah yang ramai aktivitas tambangnya. Wilayah-wilayah itu seperti Konawe, Kolaka, Buton dan juga Bombana.

Bergeser ke wilayah lebih utara, yakni di Kabupaten Konawe Utara juga terdapat aktivitas perusahaan tambang nikel yang cukup ramai. Kawasan tersebut biasa disebut di pulau Wawonii yang dipenuhi oleh kegiatan penambangan nikel oleh sejumlah perusahaan. Diketahui, perusahaan yang melakukan kegiatan pertambangan nikel di wilayah tersebut adalah PT Gema Kreasi Perdana. Perusahaan telah mampu menyumbang banyak lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.

Indonesia akan begitu perkasa saat sudah mampu membuat baterai kendaraan listrik dan dapat berperan menjadi pengekspor utama baterai secara utuh atau CBU ke berbagai belahan dunia.

Sumber: Kompas

Banjir di Konawe, Sulawesi Tenggara, tak menyurutkan niat belasan murid sekolah dasar (SD) mengikuti proses belajar mengajar. Dalam kondisi banjir, guru membagi kelompok belajar di rumah-rumah panggung milik warga.

Pantauan di lapangan, banjir menggenangi kawasan Desa Laloika, Kecamatan Pondidaha, Konawe. Akibat banjir ini, rumah-rumah warga didatangi para murid yang akan belajar.

Mereka tetap antusias mengikuti penjelasan materi yang disampaikan guru mereka.

Menurut guru SD Negeri 1 Praja Tamansari, Naning, proses belajar mengajar di tengah kondisi banjir sengaja dilakukan agar mereka tetap belajar. “Mereka tetap belajar meski dalam kondisi banjir dan pandemi corona,” ujar Naning.

Dia mengatakan, kondisi sekolah masih terendam banjir sehingga murid-murid belajar di rumah warga.

Sementara itu, data BPBD Kabupaten Konawe menyebutkan, di Kecamatan Pondidaha, banjir menggenangi dua desa yaitu Desa Laloika dan Wonau Monapa. Banjir menyebabkan enam rumah warga terendam banjir dan 354 warga mengungsi.

Sumber: Sindonews

Kebijakan pemerintah melarang ekspor bijih nikel masih menjadi buah bibir yang hangat. Sebagai salah satu reaksi atas kebijakan tersebut adalah Uni Eropa yang merasa risih mengadu ke WTO. Bagaimana tidak, Uni Eropa akan mengalami kerugian dalam industri baja karena bahan baku dipasok dari Indonesia.

Indonesia saat ini menguasai lebih dari 20% total ekspor nikel dunia. Nilai ekspor nikel Indonesia mengalami peningkatan tajam sebesar 18% pada kuartal kedua 2019 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017.

Nikel adalah komoditas yang ramai diperbincangkan belakangan ini. Indonesia sebagai negara produsen nikel terbesar di dunia melihat potensi nikel di masa depan sebagai primadona. Pemerintah telah menetapkan kebijakan larangan ekspor nikel untuk meningkatkan nilai tambah komoditas di dalam negeri.

Salah satunya di pulau Obi yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, termasuk salah satunya nikel yang memberikan kontribusi daerah yang besar kepada penerimaan Halmahera Selatan. Nikel di Sulawesi Tenggara dapat dijumpai di Kolaka dan Wawonii. Daerah ini merupakan penghasil nikel dengan cadangan terbesar di Sulawesi Tenggara. Sultra memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk salah satunya nikel yang memberikan kontribusi daerah yang besar kepada penerimaan Konawe Kepulauan. Di pulau ini banyak aktivitas penambangan nikel termasuk milik Harita Group melalui anak usahanya PT Gema Kreasi Perdana

Sebelum mencuatnya pengaduan Uni Eropa ke WTO, sebenarnya larangan ekspor bijih mineral Indonesia sudah didengungkan sudah sejak lama. Hal ini guna untuk memberi nilai tambah produk dibandingkan dengan mengekspor dalam bentuk bijih mentah.

Larangan ekspor mineral termasuk nikel pada 2014-2017 turut berdampak pada turunnya ekspor bijih nikel Indonesia sekitar 1,5 miliar USD per tahun. Selain kebijakan melarang ekspor nikel, Uni Eropa juga keberatan dengan kebijakan Indonesia yang membebaskan pajak dan bea masuk impor untuk pembangunan smelter.

Menindaklanjuti pengaduan Uni Eropa ke WTO, Presiden Joko Widodo mengaku tak masalah atas gugatan tersebut. Menurutnya, ekspor nikel dihentikan sebagai upaya pemerintah untuk menekan defisit neraca berjalan.

Pelarangan ekspor ini mengacu pada Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 25 Tahun 2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara.

Sumber: Dunia Tambang

Hujan deras selama beberapa hari terakhir mengakibatkan banjir di dua desa di Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Sebagian warga harus dievakuasi tim SAR (Search and Rescue).

Ia menjelaskan, Desa Laronanga, Kecamatan Andowia dilanda banjir dengan ketinggian air sekitar 1 hingga 1,5 meter sehingga pos unit siaga SAR Konawe Utara melakukan evakuasi terhadap warga yang terdampak banjir.

Sejumlah daerah di daerah tersebut dan jalan trans Sulawesi Tenggara-Sulawesi Tengah terputus akibat banjir dari luapan air Sungai Lalindu karena tingginya curah hujan dalam tiga hari terakhir.

Sejumlah kendaraan terjebak banjir dan terpaksa diievakuasi dengan menggunakan rakit di jalan trans sulawesi di Desa Sambandete, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, Rabu (8/7). Jalan trans Sulawesi Tenggara-Sulawesi Tengah terputus akibat banjir dari luapan air Sungai Lalindu karena tingginya curah hujan dalam tiga hari terakhir.

Sumber: Republika

Nikel adalah komoditas yang ramai diperbincangkan belakangan ini. Indonesia sebagai negara produsen nikel terbesar di dunia melihat potensi nikel di masa depan sebagai primadona. Pemerintah telah menetapkan kebijakan larangan ekspor nikel untuk meningkatkan nilai tambah komoditas di dalam negeri.

Sebenarnya daerah mana saja yang menjadi penghasil nikel terbesar di Indonesia? Mari simak ulasan di bawah ini.

1. Morowali, Sulawesi Tengah

Morowali bisa dikatakan surganya nikel. Betapa tidak, nikel daerah ini termasuk yang terbesar di Indonesia. Saat ini banyak berdiri sejumlah perusahaan tambang hingga banyak investor asing bergembira hati berinvestasi untuk mendirikan perusahaan tambang dan pabrik smelter di daerah ini. Wilayah Morowali yang kaya nikel terletak di Petasia Timur, Petasia, Bungku Timur, Bungku Pesisir, Bahadopi, dan Menui Kepulauan.

2. Halmahera Timur, Maluku Utara

Halmahera Timur menyimpan banyak potensi nikel hingga dijadikan pusat pembangunan pabrik smelter. Salah satunya smelter Smelter Pig Iron (NPI) milik PT Antam Tbk yang direncanakan rampung tahun ini. Persebaran nikel di Halmahera Timur ada di Maba, Maba Tengah, Buli, dan Wasilei.

3. Sulawesi Tenggara

Nikel di Sulawesi Tenggara dapat dijumpai di Kolaka dan Wawonii. Daerah ini merupakan penghasil nikel dengan cadangan terbesar di Sulawesi Tenggara. Sultra memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk salah satunya nikel yang memberikan kontribusi daerah yang besar kepada penerimaan Konawe Kepulauan. Di pulau ini banyak aktivitas penambangan nikel termasuk milik Harita Group melalui anak usahanya PT Gema Kreasi Perdana

4. Pulau Gag, Papua Barat

Pulau Gag merupakan salah satu pulau pada gugusan Kepulauan Rajaampat yang memiliki luas sekitar 6500 ha. 

5. Pulau Obi, Maluku Utara

Pulau Obi merupakan pulau terbesar yang terletak di gugusan Kepulauan Obi yang dibatasi oleh Laut Maluku di sebelah barat, Laut Seram di sebelah selatan, dan Selat Obi di sebelah Utara dan di sebelah Timur.  Pulau Obi juga memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, termasuk salah satunya nikel yang memberikan kontribusi daerah yang besar kepada penerimaan Halmahera Selatan. Di pulau ini banyak aktivitas penambangan nikel termasuk milik Harita Group melalui anak usahanya PT Trimegah Bangun Persada dan PT Megah Surya Pertiwi yang tengah mempersiapkan pabrik smelter.

Sumber: Dunia Tambang

Tim Gugus Tugas Percepatan Penangan COVID-19 Sulawesi Tenggara (Sultra) menyampaikan bahwa pasien sembuh dari virus corona di daerah itu sebanyak 221 orang dari total 343 kasus hingga Minggu 28 Juni 2020.

Juru Bicara (Jubir) GTPP COVID-19 Sultra, dr La Ode Rabiul Awal di Kendari, mengatakan per hari ini tidak ada penambahan baik kasus baru, sembuh ataupun kasus meninggal.

“Hari ini kita tidak ada penambahan kasus baik kasus baru ataupun sembuh. Kasus sembuh tetap sebanyak 221 atau 64,43 persen,” kata Rajiul.

Selain itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sulawesi Tenggara ini mengungkapkan bahwa hingga saat ini kasus meninggal di daerah Sulawesi Tenggara juga tidak ada penambahan yakni tetap sebanyak enam orang.

Sementara pasien yang tengah menjalani perawatan isolasi maupun karantina sebanyak 116 orang atau 33,81 persen.

“Kami sampaikan kepada saudara-saudara kami yang sampai hari ini belum dinyatakan sembuh, kami mohon tetap bersabar dan berdoa. Seluruh jajaran gugus tugas baik provinsi maupun kabupaten/kota dan khususnya tenaga kesehatan tidak akan pernah menyerah untuk berusaha memberikan pertolongan yang sebaik-baiknya,” pungkasnya.

Sementara itu, jumlah orang tanpa gejala (OTG) tercatat 541 orang, orang dalam pemantauan (ODP) 43 orang, dan pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 24 orang.

“Dalam menjalani tatanan normal baru atau new normal agar selalu patuh menjalankan protokol kesehatan dan memproteksi diri sekurang-kurangnya selalu memakai masker, menjaga jarak dan sering-sering cuci tangan. Karena masyarakat adalah kunci pertama agar new normal ini bisa berlangsung aman di masa wabah atau pandemi kita belum terakhir,” pungkasnya.

Sumber: Antara News