Smelter PT GKP

Rencana pembangunan smelter PT GKP (Gema Kreasi Perdana Perdana) di Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), dinilai dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan daerah.

Hal ini diungkapkan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Pengusaha Muda Indonesia wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) Ahmad Zainul.

“Komitmen Pembangunan Smelter Nikel oleh PT GKP dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Konkep sebagaimana amanat undang undang untuk mendorong upaya hilirisasi dunia pertambangan. Ini dapat membawa Konkep menjadi sentrum pembangunan ekonomi nasional khususnya Indonesia Timur,” ujar Ahmad Zainul.

Ahmad Zainul menilai, pertumbuhan ekonomi Konkep baru tertopang oleh konsumsi atau belanja pemerintah daerah (pemda), ketimbang investasi maupun pembangunan infrastruktur.

Menurutnya, pemda perlu membangun kerja sama yang kuat dengan Direksi PT GKP dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat daerahnya, khususnya pembangunan smelter ini.

“Konkep sebagai kabupaten dengan wilayah paling strategis sebagai jalur pertambangan dapat berkembang pesat. Nantinya bisa menjadi sentrum perekonomian yang tentunya bisa membawa kesejahteraan bagi masyarakat Wawonii, dan Sultra secara umum,” ungkapnya.

Untuk mewujudkan hal itu, lanjut Ahmad Zainul, dibutuhkan peran-peran krusial pemuda dan mahasiswa khususnya mahasiswa Konkep, melahirkan ide dan gagasan gemilang.

“Sebagai sosial kontrol, peran mahasiswa dibutuhkan untuk kedepannya komitmen serta bekerja sama dengan pemda dan PT GKP, sehingga mewujudkan perkembangan daerah ini lewat kerja sama yang telah dibangun,” pungkasnya.

Sumber: Berita Kota Kendari

nikel indonesia

Indonesia punya tiga jenis komoditas mineral yang menjadi kebutuhan untuk komponen kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Di antaranya nikel, tembaga, dan bauksit. Kita berbicara tentang nikel indonesia.

Khusus untuk nikel cadangan yang dimiliki Indonesia mencapai 21 juta ton. Indonesia menjadi ranking pertama soal cadangan nikel mengalahkan Australia di peringkat dua dengan total cadangan 20 juta ton.

Tidak mengherankan bila hal tersebut mampu menggerakan roda perekonomian di daerah-daerah penghasil nikel. Sebut saja di Morowali dengan raksasa IMIP atau di Sultra dengan PT VDNI dan PT GKP. 

Disusul Brazil dengan cadangan sebesar 16 juta ton dan posisi keempat adalah Rusia dengan cadangan nikel sebesar 7 juta ton.

Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan dalam CNBC Indonesia Mining Forum dengan Tema “Prospek Industri Minerba 2021”, Rabu (24/3/2021) mengatakan ini merupakan data antar negara di tahun 2019.

“Cadangan menurut negara di 2019. Ini akan membawa Indonesia ke era industrialisasi,” kata Luhut, Rabu (24/3/2021).

Lebih lanjut dia mengatakan melalui industrialisasi ini Indonesia akan bergerak ke arah energi baru terbarukan (EBT). Apalagi Indonesia punya potensi besar dalam mengembangkan baterai lithium.

“Betul-betul dengan industrialisasi yang energi baru terbarukan kita punya potensi,” tegas Luhut.

Selain nikel, cadangan Indonesia untuk komoditas mineral lain tembaga dan bauksit cukup tinggi. Berdasarkan data paparan yang disampaikan Luhut cadangan bauksit Indonesia berada di peringkat enam dunia.

Sasaran vaksinasi COVID-19 tahap dua bagi lansia di 17 kabupaten/kota se-Sulawesi Tenggara di antaranya Kota Kendari 18.634 sasaran, Kabupaten Konawe 18.397 orang, Kolaka 15.280 orang.Berikutnya, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) 7.136 orang, Bombana 10.495 orang, Konawe Kepulauan (Konkep) 2.625 orang, Kolaka Timur (Koltim) 6.945 orang.

“Selanjutnya Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) 21.232 orang, Buton Tengah (Buteng) 9.466 orang, Kota Baubau 12.772 orang, Buton Selatan (Busel) 7.817 orang,” jelasnya.

Kemudian, Kabupaten Muna Barat (Mubar) 7.294 orang, Buton Utara (Butur) 5.312 orang, Wakatobi 12.292 orang, Buton 9.439 orang, Muna 21.148 orang dan Kabupaten Konawe Utara (Konut) sasaran vaksinasi sebanyak 4.214 orang.

“Meskipun saat ini sudah ada vaksinasi namun kita terus mengajak agar terus meningkatkan kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan utamanya berakan 3M memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan di air mengalir,” kata Rabiul.

Yakni dengan potensi cadangan bauksit sebesar 1 juta ton. Sementara untuk tembaga cadangan Indonesia 28 juta ton 

Kantor Perwakilan (KPw) Bursa Efek Indonesia (BEI) Sulawesi Tenggara (Sultra) resmi menambah dua galeri investasi di Sultra sehingga total galeri yang dimiliki sebanyak 9 galeri investasi. Untuk peresmian dua galeri yang baru ini BEI bekerja sama dengan MNC Sekuritas yaitu Galeri Investasi Ammi Ana Wonua dan Galeri Investasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Selasa (10/11/2020).

Pelaksana Harian (PH) Kepala KPw BEI Sultra Ricky mengatakan seluruh galeri tersebut yakni, Galeri Investasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo, Galeri Investasi Syariah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam-Enam Kendari, Galeri Investasi Syariah IAIN Kendari, Galeri Investasi Syariah Universitas Muhammadiyah Kendari, Galeri Investasi Universitas Dayanu Ikhsanuddin, Galeri Investasi Syariah Universitas Muhammadiyah Buton, Galeri Investasi Universitas Sulawesi Tenggara, Galeri Investasi Ammi Ana Wonua dan Galeri Investasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo Kendari.

“Dengan bertambahnya galeri investasi ini sebagai bentuk komitmen BEI untuk meningkatkan jumlah investor pasar modal di Sultra. Hal ini tentunya juga dengan semangat para investor muda untuk bermain pasar saham,” ungkap Ricky melalui siaran persnya.

Akan tetapi, peresmian galeri investasi kali ini cukup berbeda dari sebelumnya dikarenakan dilakukan secara daring, dan akan digabungkan dengan galeri investasi dari daerah lainnya sehingga hari ini akan dilaksanakan peresmian 13 galeri investasi secara bersamaan.

Adapun 13 Galeri Investasi yg akan diresmikan hari ini adalah GI Elizabeth International, GI PT. Ammi Ana Wonua, GI Univ. Agung Podomoro, GI Univ. Bengkulu, GI Univ. Brawijaya, GI Univ. Dhyana Pura, GI FISIP Universitas Halu Oleo, GI Univ. Katolik Widya Karya, GI Univ. Muhammadiyah Gorontalo, GI Univ. Muria Kudus, GI Univ. Pendidikan Indonesia, GI Univ. Satya Negara Indonesia dan GI Univ. Tamansiswa.

Acara ini disiarkan secara langsung di stasiun televisi swasta dan juga menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dalam hal peresmian Galeri Investasi terbanyak dalam 1 hari, terdapat 2 Galeri Investasi dari Sultra yang turut berkontribusi dalam pemecahan Rekor MURI tersebut.

Adapun tujuan dari pendirian Galeri Investasi ini adalah untuk meningkatkan awareness terkait pasar modal kepada mahasiswa maupun masyarakat sekitar, KPw BEI Sultra berharap dengan bertambahnya galeri investasi maka akan mendorong semakin banyak masyarakat untuk berinvestasi di Pasar Modal Indonesia. Untuk diketahui galeri investasi PT Ammi Ana Wonua adalah galeri investasi non kampus pertama di Sultra.

Sumber: ZonaSultra

Indonesia kaya nikel, bahan tambang yang menjadi bahan pokok pembuatan baterai lithium. Inilah yang menjadikan posisi Indonesia sangat penting dalam era perkembangan mobil listrik. Perangkat utama mobil listrik adalah baterai, komposisinya sekitar 40%. Oleh sebab itu, pengembangan baterai lithium akan menjadi tulang punggung industri mobil dunia.

Ini sesuai dengan keinginan masyarakat dunia untuk mengurangi efek rumah kaca akibat emisi karbon yang tinggi. Indonesia sendiri menetapkan menurunkan emisi karbon sampai 30% tahun 2025 nanti. Padahal setiap tahun pertumbuhan kendaraan di Indonesia mencapai 10%  sampai 15%. Artinya, mengembangkan industri mobil listrik merupakan kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Selain dampaknya yang lebih sehat untuk lingkungan, mobil listrik juga bisa menekan biaya jauh lebih murah dibanding mobil yang berbahan bakar fosil. Kita tahu, harga minyak yang penuh gejolak, dan cadangan minyak yang terus menipis membuat orang berpikir untuk mencari alternatif energi. Nah, mobil listrik merupakan jalan keluar. Kemampuannya double. Selain menekan emisi, gas buang juga lebih efisien.

Korea atau Cina bisa saja mengembangkan teknologi kendaraan, tapi untuk bahan baku baterai lithium, mereka harus menoleh ke Indonesia. Ketersediaan nikel sebagai bahan utama dan tenaga terampil yang banyak tersedia membuat para investor luar negeri mengincar Indonesia untuk mengembangkan pembuatan baterai litium.

Pemerintah Indonesia telah mempersiapkan strategi pemulihan ekonomi salah satunya dengan hilirisasi industri pertambangan. Hilirisasi dianggap sebagai salah satu kebijakan yang sangat strategis dalam menarik minat para investor untuk melirik Indonesia sebagai tujuan investasi.

Di Eropa, lanjutnya, pengoperasian mobil listrik ditarget pada 2030. Kemudian, cepat atau lambat, Menko Luhut menilai Indonesia juga akan mengadaptasinya. 

Secara global, jumlah cadangan nikel dunia sekitar 72% berada dalam batuan oksida yang biasa disebut laterit dan sisanya batuan sulfida. Namun demikian, hanya sekitar 42% dari total produksi nikel dunia bersumber dari bijih laterit (Dalvi dkk., 2004).

Sulawesi Tenggara

Potensi sumber daya alam yang dimiliki Sulawesi Tenggara amatlah kaya dengan beragam jenis komoditas seperti nikel, aspal, hingga emas. Bahkan jumlah cadangan nikel di Sulawesi Tenggara disebut-sebut sebagai yang terbesar di Indonesia, dan termasuk dalam cadangan nikel terbesar di dunia.

Lebih jauh, komoditas nikel yang paling mendominasi di kawasan Sulawesi Tenggara. Di tempat itu pun berdiri megah kawasan mega industri. Di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe misalnya, terdapat sebuah proyek smelter yang kemudian menjadi yang terbesar di wilayah Indonesia Timur, khususnya untuk pengolahan stainless. 

Selain itu, ada juga di Kabupaten Konawe Utara terdapat aktivitas perusahaan tambang nikel yang cukup ramai. Kawasan tersebut biasa disebut di pulau Wawonii yang dipenuhi oleh kegiatan penambangan nikel oleh sejumlah perusahaan. Diketahui, perusahaan yang melakukan kegiatan pertambangan nikel di wilayah tersebut adalah PT Gema Kreasi Perdana. Perusahaan telah mampu menyumbang banyak lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.

Sumber: Indonesia.go

Pemerintah Indonesia telah mempersiapkan strategi pemulihan ekonomi salah satunya dengan hilirisasi industri pertambangan. Hilirisasi dianggap sebagai salah satu kebijakan yang sangat strategis dalam menarik minat para investor untuk melirik Indonesia sebagai tujuan investasi.

Hal tersebut dikarenakan sumbangan terbesar Pendapatan Negara ‎Bukan Pajak (PNBP) berasal dari sektor energi dan pertambangan mineral batubara (minerba) mencapai Rp 172,9 triliun pada 2019. Salah satu yang sedang digenjot saat ini adalah hilirisasi nikel.

“Nikel ini dulu kita hanya ekspor, kira-kira nilainya USD 612 juta setahun. Tapi sekarang kalau dilihat kita sudah ekspor itu USD 6,24 miliar itu setelah menjadi stainless steel slab,” ujar Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dalam Webinar Investasi di Tengah Pandemi, Sabtu (25/7).

Di sisi lain, Menko Luhut melihat permintaan mobil listrik akan semakin meningkat di masa depan. Artinya, permintaan untuk baterai litium juga akan meningkat. Ini peluang bagi Indonesia yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.

“Baterai ini karena kita memiliki cadangan terbesar dan terbaik nikel ores, kita akan menjadi pemain utama nanti dalam nikel ores ini untuk (diolah menjadi) lithium baterai,” tutur Menko Luhut.

Di Eropa, lanjutnya, pengoperasian mobil listrik ditarget pada 2030. Kemudian, cepat atau lambat, Menko Luhut menilai Indonesia juga akan mengadaptasinya. “Dengan demikian, kita secara bertahap akan mengurang fosil energi. Akibatnya, kita akan mengurangi impor crude oil,” kata dia.

Secara global, jumlah cadangan nikel dunia sekitar 72% berada dalam batuan oksida yang biasa disebut laterit dan sisanya batuan sulfida. Namun demikian, hanya sekitar 42% dari total produksi nikel dunia bersumber dari bijih laterit (Dalvi dkk., 2004).

Potensi sumber daya alam yang dimiliki Sulawesi Tenggara amatlah kaya dengan beragam jenis komoditas seperti nikel, aspal, hingga emas. Bahkan jumlah cadangan nikel di Sulawesi Tenggara disebut-sebut sebagai yang terbesar di Indonesia, dan termasuk dalam cadangan nikel terbesar di dunia.

Lebih jauh, komoditas nikel yang paling mendominasi di kawasan Sulawesi Tenggara. Di tempat itu pun berdiri megah kawasan mega industri. Di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe misalnya, terdapat sebuah proyek smelter yang kemudian menjadi yang terbesar di wilayah Indonesia Timur, khususnya untuk pengolahan stainless. 

Selain itu, ada juga di Kabupaten Konawe Utara terdapat aktivitas perusahaan tambang nikel yang cukup ramai. Kawasan tersebut biasa disebut di pulau Wawonii yang dipenuhi oleh kegiatan penambangan nikel oleh sejumlah perusahaan. Diketahui, perusahaan yang melakukan kegiatan pertambangan nikel di wilayah tersebut adalah PT Gema Kreasi Perdana. Perusahaan telah mampu menyumbang banyak lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.

Sumber: Merdeka.com

Sulawesi tenggara memiliki potensi yang sangat besar di dunia tambang

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki cadangan nikel dalam bentuk bijih laterit terbesar ketiga didunia setelah Kaledonia Baru dan Filipina (Rochani dan Saleh, 2013). Terbitnya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 8 Tahun 2015 tentang peningkatan nilai tambah mineral, mendukung deretan pentingnya penelitian untuk pengolahan bijih laterit.

Secara global, jumlah cadangan nikel dunia sekitar 72% berada dalam batuan oksida yang biasa disebut laterit dan sisanya batuan sulfida. Namun demikian, hanya sekitar 42% dari total produksi nikel dunia bersumber dari bijih laterit (Dalvi dkk., 2004).

Nikel merupakan salah satu logam bernilai strategis tinggi karena manfaatnya untuk berbagai kebutuhan antara lain untuk produksi stainless steel, nonferrous alloys/superalloys, electroplating, koin, baterai dan katalis (Kuck, 2012) . Di alam, nikel ditemukan dalam bentuk sulfida dan oksida. 

Di Sulawesi Tenggara saat ini semakin mengalami kemajuan yang cukup pesat. Salah satunya karena telah menjadi daerah otonom sejak ditetapkan tahun 1964 silam. Pesatnya kemajuan provinsi tersebut didukung oleh kekayaan alam dengan yang jumlah yang melimpah.

Potensi sumber daya alam yang dimiliki Sulawesi Tenggara amatlah kaya dengan beragam jenis komoditas seperti nikel, aspal, hingga emas. Bahkan jumlah cadangan nikel di Sulawesi Tenggara disebut-sebut sebagai yang terbesar di Indonesia, dan termasuk dalam cadangan nikel terbesar di dunia.

Kekayaan alam itulah yang membuat investor berbondong-bondong untuk menanamkan modal mereka pada industri pertambangan di wilayah itu. Mereka pun tak akan berpikir dua kali untuk merogoh aset untuk kemudian dijadikan bagian dari usaha tambang. Hal inilah yang kemudian mencatatkan jumlah yang cukup banyak untuk Izin Usaha Pertambangan (IUP) di wilayah yang ramai aktivitas tambangnya. Wilayah-wilayah itu seperti Konawe, Kolaka, Buton dan juga Bombana.

Lebih jauh, komoditas nikel yang paling mendominasi di kawasan Sulawesi Tenggara. Di tempat itu pun berdiri megah kawasan mega industri. Di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe misalnya, terdapat sebuah proyek smelter yang kemudian menjadi yang terbesar di wilayah Indonesia Timur, khususnya untuk pengolahan stainless. 

Selain itu, ada juga di Kabupaten Konawe Utara terdapat aktivitas perusahaan tambang nikel yang cukup ramai. Kawasan tersebut biasa disebut di pulau Wawonii yang dipenuhi oleh kegiatan penambangan nikel oleh sejumlah perusahaan. Diketahui, perusahaan yang melakukan kegiatan pertambangan nikel di wilayah tersebut adalah PT Gema Kreasi Perdana. Perusahaan telah mampu menyumbang banyak lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.

Sumber: Dunia Tambang

Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir nikel terbesar dunia yang menguasai sekitar 27 persen pasar global. Kendati demikian, Indonesia selama puluhan tahun hanya mengekspor nikel mentah. Negara produsen nikel lainnya yakni Amerika Serikat, Australia, Bolivia, Brazil, China, dan beberapa negara Afrika.

Kendaraan listrik merupakan konsep kendaraan dengan menggunakan sumber energi listrik. Kendaraan listrik memiliki keunggulan daripada kendaraan berbahan bakar minyak dikarenakan Kendaraan listrik mengeluarkan emisi yang jauh lebih sedikit dibanding kendaraan berbahan bakar fosil.

Kedepannya, pengembangan Kendaraan listrik diharapkan dapat menggantikan kendaraan berbahan bakar fosil dan membuat isu lingkungan berkurang dengan konsep energi yang berkelanjutan.

Pengembangan Kendaraan listrik sebagai pengganti mobil berbahan bakar fosil diprakarsai secara tidak langsung dengan adanya Paris Agreement pada tahun 2015. Paris Agreement 2015 merupakan perjanjian antar negara di seluruh dunia yang dimana salah satu bunyinya sepakat untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan investasi terhadap teknologi karbon rendah. 

Negara – negara seperti United Kingdom, Rusia, Jepang, China, Indonesia, dll menandatangani perjanjian ini. Dengan penandatanganan ini, pengembangan kendaraan listrik merupakan salah satu poin utama untuk menerapkan hasil dari perjanjian ini.

Penggunaan komponen baterai dalam kendaraan listrik akan meningkatkan kebutuhan akan nikel sebagai salah satu komponen baterai. Secara tidak langsung, pengembangan kendaraan listrik akan memainkan peran besar untuk peningkatan aktivitas produksi nikel. Berdasarkan data Wood Mackenzie, dengan meningkatnya kebutuhan nikel, China telah membangun empat fasilitas nikel baru yang akan diimplementasikan pada produksi kendaraan listrik ke depan.

Pada tahun 2017, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), dimana salah satu isinya adalah pengembangan mobil listrik di Indonesia. Menurut antaranews.com (Indonesia Konsisten Ratifikasi Perjanjian Paris), Indonesia memiliki target untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2029-2030. Dengan adanya peraturan tersebut dan pengembangan kendaraan listrik, kedepannya konsumsi nikel di negara Indonesia menjadi suatu hal yang amat penting.

Surga Nikel di Indonesia

Sebagai produsen nikel nomor satu di dunia, Indonesia siap memasok industri baterai lithium-ion yang berkembang pesat dan semakin penting. Banyak daerah di Indonesia yang menjadi surga nikel, salah satunya adalah Sulawesi Tenggara.

Sulawesi Tenggara semakin mengalami kemajuan yang cukup pesat. Salah satunya karena telah menjadi daerah otonom sejak ditetapkan tahun 1964 silam. Pesatnya kemajuan provinsi tersebut didukung oleh kekayaan alam dengan yang jumlah yang melimpah.

Potensi sumber daya alam yang dimiliki Sulawesi Tenggara amatlah kaya dengan beragam jenis komoditas seperti nikel, aspal, hingga emas. Bahkan jumlah cadangan nikel di Sulawesi Tenggara disebut-sebut sebagai yang terbesar di Indonesia, dan termasuk dalam cadangan nikel terbesar di dunia.

Kekayaan alam itulah yang membuat investor berbondong-bondong untuk menanamkan modal mereka pada industri pertambangan di wilayah itu. Mereka pun tak akan berpikir dua kali untuk merogoh aset untuk kemudian dijadikan bagian dari usaha tambang. Hal inilah yang kemudian mencatatkan jumlah yang cukup banyak untuk Izin Usaha Pertambangan (IUP) di wilayah yang ramai aktivitas tambangnya. Wilayah-wilayah itu seperti Konawe, Kolaka, Buton dan juga Bombana.

Bergeser ke wilayah lebih utara, yakni di Kabupaten Konawe Utara juga terdapat aktivitas perusahaan tambang nikel yang cukup ramai. Kawasan tersebut biasa disebut di pulau Wawonii yang dipenuhi oleh kegiatan penambangan nikel oleh sejumlah perusahaan. Diketahui, perusahaan yang melakukan kegiatan pertambangan nikel di wilayah tersebut adalah PT Gema Kreasi Perdana. Perusahaan telah mampu menyumbang banyak lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.

Indonesia akan begitu perkasa saat sudah mampu membuat baterai kendaraan listrik dan dapat berperan menjadi pengekspor utama baterai secara utuh atau CBU ke berbagai belahan dunia.

Sumber: Kompas

Nikel adalah komoditas yang ramai diperbincangkan belakangan ini. Indonesia sebagai negara produsen nikel terbesar di dunia melihat potensi nikel di masa depan sebagai primadona. Pemerintah telah menetapkan kebijakan larangan ekspor nikel untuk meningkatkan nilai tambah komoditas di dalam negeri.

Sebenarnya daerah mana saja yang menjadi penghasil nikel terbesar di Indonesia? Mari simak ulasan di bawah ini.

1. Morowali, Sulawesi Tengah

Morowali bisa dikatakan surganya nikel. Betapa tidak, nikel daerah ini termasuk yang terbesar di Indonesia. Saat ini banyak berdiri sejumlah perusahaan tambang hingga banyak investor asing bergembira hati berinvestasi untuk mendirikan perusahaan tambang dan pabrik smelter di daerah ini. Wilayah Morowali yang kaya nikel terletak di Petasia Timur, Petasia, Bungku Timur, Bungku Pesisir, Bahadopi, dan Menui Kepulauan.

2. Halmahera Timur, Maluku Utara

Halmahera Timur menyimpan banyak potensi nikel hingga dijadikan pusat pembangunan pabrik smelter. Salah satunya smelter Smelter Pig Iron (NPI) milik PT Antam Tbk yang direncanakan rampung tahun ini. Persebaran nikel di Halmahera Timur ada di Maba, Maba Tengah, Buli, dan Wasilei.

3. Sulawesi Tenggara

Nikel di Sulawesi Tenggara dapat dijumpai di Kolaka dan Wawonii. Daerah ini merupakan penghasil nikel dengan cadangan terbesar di Sulawesi Tenggara. Sultra memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk salah satunya nikel yang memberikan kontribusi daerah yang besar kepada penerimaan Konawe Kepulauan. Di pulau ini banyak aktivitas penambangan nikel termasuk milik Harita Group melalui anak usahanya PT Gema Kreasi Perdana

4. Pulau Gag, Papua Barat

Pulau Gag merupakan salah satu pulau pada gugusan Kepulauan Rajaampat yang memiliki luas sekitar 6500 ha. 

5. Pulau Obi, Maluku Utara

Pulau Obi merupakan pulau terbesar yang terletak di gugusan Kepulauan Obi yang dibatasi oleh Laut Maluku di sebelah barat, Laut Seram di sebelah selatan, dan Selat Obi di sebelah Utara dan di sebelah Timur.  Pulau Obi juga memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, termasuk salah satunya nikel yang memberikan kontribusi daerah yang besar kepada penerimaan Halmahera Selatan. Di pulau ini banyak aktivitas penambangan nikel termasuk milik Harita Group melalui anak usahanya PT Trimegah Bangun Persada dan PT Megah Surya Pertiwi yang tengah mempersiapkan pabrik smelter.

Sumber: Dunia Tambang

Tim Gugus Tugas Percepatan Penangan COVID-19 Sulawesi Tenggara (Sultra) menyampaikan bahwa pasien sembuh dari virus corona di daerah itu sebanyak 221 orang dari total 343 kasus hingga Minggu 28 Juni 2020.

Juru Bicara (Jubir) GTPP COVID-19 Sultra, dr La Ode Rabiul Awal di Kendari, mengatakan per hari ini tidak ada penambahan baik kasus baru, sembuh ataupun kasus meninggal.

“Hari ini kita tidak ada penambahan kasus baik kasus baru ataupun sembuh. Kasus sembuh tetap sebanyak 221 atau 64,43 persen,” kata Rajiul.

Selain itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sulawesi Tenggara ini mengungkapkan bahwa hingga saat ini kasus meninggal di daerah Sulawesi Tenggara juga tidak ada penambahan yakni tetap sebanyak enam orang.

Sementara pasien yang tengah menjalani perawatan isolasi maupun karantina sebanyak 116 orang atau 33,81 persen.

“Kami sampaikan kepada saudara-saudara kami yang sampai hari ini belum dinyatakan sembuh, kami mohon tetap bersabar dan berdoa. Seluruh jajaran gugus tugas baik provinsi maupun kabupaten/kota dan khususnya tenaga kesehatan tidak akan pernah menyerah untuk berusaha memberikan pertolongan yang sebaik-baiknya,” pungkasnya.

Sementara itu, jumlah orang tanpa gejala (OTG) tercatat 541 orang, orang dalam pemantauan (ODP) 43 orang, dan pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 24 orang.

“Dalam menjalani tatanan normal baru atau new normal agar selalu patuh menjalankan protokol kesehatan dan memproteksi diri sekurang-kurangnya selalu memakai masker, menjaga jarak dan sering-sering cuci tangan. Karena masyarakat adalah kunci pertama agar new normal ini bisa berlangsung aman di masa wabah atau pandemi kita belum terakhir,” pungkasnya.

Sumber: Antara News

Bagi pecinta laut, wisata bahari menjadi salah satu tujuan yang pas. 5 Tempat wisata bahari yang ada di Sulawesi Tenggara ini bisa masuk dalam daftar destinasi liburan kamu.

Sulawesi Tenggara merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tenggara Pulau Sulawesi dengan ibu kota Kendari. Di daerah ini memang memiliki keindahan alam yang ciamik. Mulai dari pegunungan hijau hingga biru dan jernihnya laut.

Dirangkum dari detikTravel, berikut ini beberapa destinasi wisata bahari di Sulawesi Tenggara yang bisa kamu datangi:

1. Wakatobi

Wakatobi jadi salah satu wisata bahari yang terkenal di Sulawesi Tenggara. Wakatobi merupakan akronim dari empat pulau yaitu Wangiwangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Keempat pulau ini begitu indah dan masuk dalam kategori “Top Ten Destinasi Wisata Indonesia’.

Wisata Wakatobi ini juga sudah ditetapkan sebagai Taman Nasional Indonesia dan cagar alam dunia untuk biosfer oleh UNESCO. Di sini ada sekitar 942 spesies ikan dan 750 spesies karang.

2. Pulau Labengki

Memiliki pemandangan mirip Raja Ampat, kini Kendari, Sulawesi Tenggara punya Pulau Labengki. Letaknya di Kabupaten Konawe Utara, Kecamatan Lasolo Sultra.

Pulau Labengki terdiri dari 5 pulau di antaranya Labengki Besar, Labengki Kecil, Mauang, Tokoh Kuley, dan Alnamira. Di pulau ini terdapat beberapa bukit di atas danau yang dinamakan Blue Lagoon dengan pasir pantai berwarna pink. Sama cantiknya dengan Wakatobi, pemandangan bawah laut di Labengki juga patut diacungi jempol.

3. Pulau Bokori

Terletak tak jauh dari Kota Kendari, ada Pulau Bokori. Untuk sampai ke sini, kamu membutuhkan waktu 30 menit dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat untuk sampai di Desa Bajo Indah.

Penghuninya adalah orang-orang Bajo. Mereka menyewakan speed boat untuk berkeliling di sekitar pulau. Ada juga gazebo-gazebo yang berada di bawah pohon kelapa. Tempatnya indah dengan pemandangan biru yang cantik.

4. Air Terjun Moramo

Air terjun ini berada di kawasan suaka alam margasatwa Tanjung Peropa di Desa Sumbersari, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Air terjun ini bentuknya bertingkat dengan ketinggian sekitar 100 meter.

Air Terjun Moramo, wisata bahari yang ada di Sulawesi Tenggara memiliki fasilitas berupa kamar mandi, toilet hingga tempat ganti pakaian. Bahkan, kamu juga bisa menginap di hotel yang terletak di dekat air terjun ini.

5. Sungai Tramborasi

Kawasan wisata bahari di Sulawesi Tenggara yang menarik untuk dikunjungi adalah Sungai Tramborasi. Sungai Tramborasi Kolaka di Sulawesi Tenggara ini memiliki panjang 20 meter dan lebar 15 meter, sehingga menjadikannya sebagai salah satu sungai terpendek di dunia.

Aliran airnya yang mengarah ke bibir pantai membuatnya dijuluki sebagai sungai. Sungai ini memiliki air yang jernih dan letaknya berdekatan dengan hutan serta pantai.

Kondisi sungai yang berimpitan langsung dengan dinding tebing dan pohon-pohon berakar hingga ke dasar sungai menjadikan sungai ini terasa sejuk walaupun berada di pinggir pantai.

Jadi kalau kamu berwisata bahari ke Sulawesi Tenggara, kamu pilih yang mana?

Sumber: Detik Travel